Juventus, sebagai salah satu klub sepak bola paling sukses di Italia, sedang memasuki babak baru dalam upaya membangun kembali kejayaan mereka yang sempat meredup dalam beberapa tahun terakhir.
Di tengah masa transisi ini, kesabaran menjadi kunci penting untuk memastikan bahwa proyek pembangunan kembali yang diusung oleh manajemen baru dapat berjalan dengan baik.
Andrea Agnelli, mantan presiden klub, meninggalkan warisan yang kompleks di Juventus. Meski di awal kepemimpinannya klub meraih berbagai kesuksesan, dalam tiga setengah tahun terakhir, tim justru menghadapi kemunduran yang signifikan, mengarah pada kekacauan yang kini tengah dihadapi.
Salah satu karakteristik utama dari periode kemunduran ini adalah ketidaksabaran dalam pengambilan keputusan. Setelah sukses meraih beberapa gelar domestik dan hampir menjuarai Liga Champions dua kali dalam empat tahun, Agnelli mencoba mencari jalan pintas menuju kesuksesan lebih lanjut dengan merekrut Cristiano Ronaldo.
Langkah ini diambil dengan harapan bahwa kedatangan Ronaldo akan membawa kesuksesan instan baik di lapangan maupun dari segi komersial. Namun, keputusan tersebut justru memperparah masalah yang ada, termasuk dalam hal keuangan klub.
BACA JUGA:Mikel Arteta Tersanjung Dengan Mikel Merino Saat Update Cedera Martin Odegaard Terungkap!Manchester City Blunder Lagi? Usai Cole Palmer, Kini Liam Delap Bersinar Usai Dilepas Guardiola!Laga Man United vs Porto Bisa Jadi Laga Penghakiman Bagi Erik Ten Hag!Selain itu, Agnelli juga kerap melakukan perubahan taktis yang drastis dengan mengganti pelatih secara cepat, tanpa memberikan mereka cukup waktu untuk mengembangkan tim sesuai dengan visi mereka.
Langkah ini menimbulkan ketidakstabilan yang semakin memperburuk situasi. Misalnya, Maurizio Sarri dan Andrea Pirlo, dua pelatih yang datang dengan proyek jangka panjang, tidak diberikan waktu yang cukup untuk mengimplementasikan ide-ide mereka.
Sarri, yang diharapkan dapat menerapkan filosofi sepak bola menyerangnya, tidak pernah mendapatkan dukungan penuh dari manajemen dalam hal merekrut pemain yang sesuai dengan gaya permainannya.
Sementara itu, Pirlo, meskipun menunjukkan perkembangan di akhir musim, juga tidak diberikan kesempatan untuk melanjutkan proyeknya dan hanya semusim saja bertahan di pekerjaannya.
Kini, di bawah manajemen baru, Juventus harus belajar dari kesalahan masa lalu. Kesabaran dan komitmen terhadap visi pelatih baru, Thiago Motta, menjadi sangat penting.
Motta, yang sukses membawa Bologna ke posisi lima besar Serie A dan ke Liga Champions dengan pemain yang sebagian besar sama, memerlukan dukungan penuh dari manajemen untuk menjalankan proyeknya di Juventus.
Cristiano Giuntoli, direktur olahraga baru, telah berusaha memenuhi kebutuhan Motta dengan mendatangkan pemain-pemain yang sesuai dengan filosofi permainan yang diinginkan, seperti Douglas Luiz, Kephren Thuram, dan Michele Di Gregorio.
Namun, masih ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, dan kendala-kendala pasti akan muncul selama proses ini. Beberapa target transfer, seperti Riccardo Calafiori dan Jean-Clair Todibo, tidak berhasil didatangkan, sementara posisi penyerang masih memerlukan penambahan pemain.
Dalam situasi ini, penting bagi manajemen Juventus untuk tetap sabar dan tidak terburu-buru membuat keputusan yang bisa menggagalkan proyek jangka panjang yang telah mereka mulai.
Musim 2024/2025 kemungkinan akan menjadi tantangan besar bagi Juventus, terutama ketika Motta masih harus menyesuaikan filosofinya dengan para pemain yang ada. Beberapa pertandingan mungkin akan berjalan kurang mulus, terutama saat melawan tim yang lebih kuat di liga.
Namun, penting bagi klub untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap momen-momen sulit ini. Gaya bermain Motta membutuhkan waktu untuk berkembang, dan kesabaran adalah kunci untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang.
Ketidaksabaran dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan banyak proyek gagal di Juventus. Jika mereka ingin kembali ke puncak sepak bola Italia dan Eropa, perubahan mendasar harus dilakukan, tidak hanya dalam hal taktik dan susunan pemain, tetapi juga dalam pendekatan terhadap pembangunan tim secara keseluruhan.
Juventus harus memberikan waktu dan ruang bagi Motta untuk mewujudkan visinya, karena hanya dengan demikian mereka dapat berharap untuk kembali menjadi kekuatan dominan di dunia sepak bola.