Gila Bola – Lionel Scaloni menang penghargaan Pelatih Terbaik FIFA dalam acara The Best FIFA yang dilangsungkan di Paris tadi malam. Itu untuk menganjar apa yang sudah dilakukannya bagi tim nasional Argentina selama Piala Dunia 2022.
Dua nominasi lain untuk finalis tiga nama pada acara Selasa dinihari (28/2) adalah Pep Guardiola Manchester City serta Carlo Ancelotti Real Madrid. Guardiola membawa City menang juara Liga Inggris pada akhir musim 2021/22, sementara Ancelotti memberi klubnya tiga gelar sekaligus, yakni juara Liga Spanyol, Liga Champions dan juara Piala Dunia Antarklub.
Namun sebenarnya ada dua nama pelatih lain yang patut masuk nominasi tiga nama, yakni pelatih Maroko Walid Regragui dan pelatih Perancis Didier Deschamps untuk semua hal yang mereka lakukan di Piala Dunia Qatar.
Walid Regragui, Pelatih Maroko
Inilah nama paling terkenal yang disealkan hilang dari nominasi tiga finalis terakhir untuk gelar Pelatih Terbaik FIFA.
Walid Regragui mengejutkan seluruh dunia saat membawa timnas Maroko melaju sampai ke semifinal Piala Dunia 2022, mengalahkan sejumlah raksasa dunia seperti Belgia, Spanyol dan Portugal.
BACA JUGA:Vincent Kompany Gigih Membela Diri Usai Bayern Munchen KalahZhejiang FC vs Persib Bandung: Duel Dua Tim Dengan Target Menang!Lihat Video Viral Ini! Bek Real Madrid Antonio Rudiger Main Judo, Harusnya Kartu Merah!Regragui melakukannya dengan membangun semangat tim, kerjasama tim, yang bertahan bersama-sama dan menyerang bersama-sama, menekan ego-ego besar sejumlah pemain terkenal di dalam skuadnya seperti Hakim Ziyech dan Achraf Hakimi.
Didier Deschamps, Pelatih Timnas Perancis
Membawa sebuah tim nasional melaju ke dua final beruntun Piala Dunia tidak bisa dilakukan sembarang orang dan seharusnya Didier Deshamps masuk ke dalam nominasi tiga finalis pelatih terbaik.
Pujian ditujukan bagi Deschamps yang berhasil membawa anak buahnya pulih dari ketertinggalan dua gol Argentina untuk menyamakan skor 3-3 selama 120 menit pertandingan final.
Ia hanya berjarak beberapa menit saja dari menjadi pelatih pertama yang menang dua gelar juara dunia beruntun, yang sayangnya tidak terjadi setelah Kingsley Coman dan Aurelien Tchouameni gagal dalam tugasnya pada adu penalti pada akhir 120 menit final di Qatar.