Gilabola.com – Skuad Arsenalasuhan Mikel Artetamemang tampak jelas tak setajam musim lalu di depan gawang, The Gunners berubah dari tim yang mencetak total 94 gol semusim, kini hanya menang tipis-tipis saja. Ada banyak yang berubah!
Meski Arsenal miskin gol musim ini, tapi kamu harus lihat dampak di balik itu, sekarang permainan mereka justru lebih terkontrol dan kini peluang menjadi juara Liga Inggrisjauh lebih besar.
Tapi, mengapa Arsenal sekarang kurang produktif dalam mencetak gol? Dan apa apakah ini sebuah perubahan yang buruk?
Ternyata, ini jadi strategi Mikel Arteta, nih. Di bawah ini, kami akan membahas detail perubahan taktik sang pelatih yang membuat Arsenal jadi jauh lebih tangguh musim ini.
Perubahan Jumlah Gol Arsenal Yang Menurun
Arsenal tampak jelas berubah, terutama jika kita menilik catatan gol mereka yang lebih sedikit musim ini.
BACA JUGA:Lihat Video Viral Ini! Bek Real Madrid Antonio Rudiger Main Judo, Harusnya Kartu Merah!Peter Schmeichel Kisahkan Beratnya Pendidikan Militer Era Alex Ferguson di Manchester UnitedTimnas Indonesia Tanpa Maarten Paes Hadapi BahrainSkuad Arteta sejauh ini masih tampak berada dalam jalur yang benar jika melihat posisi mereka di puncak klasemen Liga Inggris. Dengan sembilan kemenangan, tiga seri, dan satu kekalahan dari 13 pertandingan mereka sejauh ini telah mengantongi 30 poin.
Tapi coba kamu bandingkan itu dengan 11 kemenangan, satu seri, dan satu kekalahan musim lalu dengan raihan 34 poin di pekan yang sama.
Tentunya tidak ada yang kecewa melihat posisi mereka saat ini, karena Arsenal berada dalam posisi yang baik.
Dan bahkan mereka kini bisa menghadapi tantangan untuk meraih gelar juara lebih baik daripada yang mereka lakukan musim lalu. Ini ada alasannya dan akan saya jelaskan nanti.
Jika musim lalu terasa Arsenal seperti sebuah tim yang tak mengenal kata ampun terhadap lawan-lawan mereka, kini mereka justru kurang kejam, permainan seakan kurang mengalir dan kurang menyenangkan untuk ditonton. Karena menangnya kebanyakan tipis-tipis saja.
Angka serangan mereka menurun di semua lini. Mereka mencetak rata-rata 2,08 gol per pertandingan di ajang Premier League, bandingkan itu dengan 2,32 gol per pertandingan musim lalu.
Sedangkan rata-rata gol yang diharapkan per pertandingan mereka turun menjadi 1,78 dari 1,93 dan mereka melakukan lebih sedikit tembakan juga musim ini, dengan 14,5 tembakan per pertandingan, turun jika dibandingkan dengan angka 15,6 musim lalu.
Siapa pun yang menonton Arsenal kini akan bisa melihat skuad Mikel Arteta tersebut kurang lancar mengalirkan bola. Dan itu juga bisa kita lihat saat umpan-umpan pemain Arsenal terputus-putus saat kemenangan tipis 1-0 di Brentford, itu pun berkat gol telat Kai Havertz.
Dan jika kita melihat kemenangan mereka sejauh ini, itu adalah kemenangan dengan hanya torehan satu gol yang kelima mereka di Premier League musim ini, kemenangan yang kurang meyakinkan, sama seperti kemenangan 1-0 di Crystal Palace dan kemenangan 2-1 di kandang atas Nottingham Forest.
Tiga dari empat kemenangan lain Arsenal adalah saat melawan tim papan bawah klasemen: 4-0 melawan Bournemouth, 5-0 melawan Sheffield United, dan 3-1 saat melawan Burnley.
Dan kemenangan lainnya adalah kemenangan 3-1 saat melawan Manchester United, yang ditentukan oleh gol Declan Rice pada menit ke-96 dan kemudian sebuah gol yang menjadi gol paling telat dalam sejarah Premier League yang dicetak oleh Gabriel Jesus pada menit ke-100,15 detik.
Bisa dikatakan bahwa kemenangan The Gunnerskini tidak begitu mengesankan seperti musim lalu, meskipun musim ini ada kemenangan besar atas Manchester City.
Arsenal kini lebih bergantung pada sepak pojok, bahkan total ada 15 gol yang berawal dari bola mati musim ini.
Sementara dalam situasi open play, Arsenal hanya mencatatkan total 12 gol. Mereka juga dibantu oleh enam gol penalti musim ini. Tanpa keenam penalti itu, Arsenal akan memiliki empat poin lebih sedikit.
Pengaruh Perubahan Martin Odegaard
Sebagian perubahan Arsenal adalah karena berkurangnya pengaruh dari Martin Odegaard dalam permainan mereka.
Kapten mereka ini memainkan peran krusial untuk tim, baik saat menguasai bola maupun tidak, dan lawan-lawan mulai menyadari bahwa menghentikan Odegaard adalah kunci untuk menghentikan Arsenal, atau setidaknya mengurangi rencana strategi Arteta.
Odegaard hampir selalu bermain setiap ia siap dimainkan, dan dia mempertahankan performa secara konsisten musim lalu.
Musim lalu Odegaard menjadi starter 37 kali dari 38 pertandingan, mencetak 15 gol dan menyumbangkan tujuh assist, sambil membantu pergerakan bola ke depan.
Musim ini, pemain asal Norwegia tersebut mendapat bola lebih sedikit, rata-rata hanya 60,6 sentuhan per 90 menit dibandingkan dengan 63,9 kali musim lalu.
Sentuhannya terhadap bola juga turun secara signifikan di tepi kotak penalti dan bahkan sentuhannya juga berkurang di semua area tengah lapangan.
Odegaard kini lebih sering mendapat bola di kedua sisi lapangan. Dengan kata lain, dia kini lebih sering mendapat bola jauh dari gawang.
Pemain asal Norwegia ini juga lebih sedikit melepaskan tembakan dengan 2,2 tembakan per 90 menit, turun dari 2,7 musim lalu.
Mencetak lebih sedikit gol dengan rata-rata 0,31 gol per 90 menit, turun dari 0,43. Assistnya juga turun dengan 0,10 assist per 90 menit, turun dari sebelunya 0,20.
Tapi itu semua bukanlah sebuah penurunan performa dari Odegaard, tapi sbuah strategi yang memang telah direncanakan olek Mikel Arteta untuk timnya musim ini.
Faktor Declan Rice Juga Pengaruhi Suplai Bola Arsenal
Jika kini ada pemain lain yang juga mempengaruhi gaya bermain Arsenal, maka itu adalah Declan Rice.
Declan Rice tidak memberikan kemampuan passing progresif yang sama seperti Thomas Partey.
Declan Rice mengirimkan umpan ke Odegaard dalam situasi open play sebanyak 4,7 kali per 90 menit musim ini, bandingkan itu dengan Partey yang melakukannya sebanyak 6,2 kali musim lalu.
Ini setidaknya menjelaskan mengapa Odegaard lebih jarang mendapat bola di area tengah.
Tapi apakah itu menunjukkan performa buruk Declan Rice? Justru tidak! Akan saya jelaskan setelah ini kenapa Declan Rice dan Martin Odegaard adalah bagian dari strategi Mikel Arteta.
Peran Odegaard untuk mengiriman bola ke Bukayo Saka di sayap kanan dengan cepat dan efisien sangat penting musim lalu.
Tapi strategi ini memang sengaja diubah oleh Mikel Arteta yang kini juga memberikan tugas baru bagi Saka.
Bukayo Saka Imbangi Perubahan Strategi Arsenal
Bukayo Saka sangat baik performanya sehingga tidak masalah jika ia tak punya pelayan sebaik musim lalu, performanya meningkat musim ini.
Saka berkontribusi terhadap 0,8 gol per 90 menit bagi Arsenal, setelah mencatatkan 25 gol dalam 38 penampilan musim lalu meningkat dari 0,7 per 90 menit musim lalu.
Bukayo Saka bisa menciptakan momen-momen penting seperti umpan silangnya untuk gol Havertz di Brentford, atau umpan untuk gol kemenangan Leandro Trossard dalam kemenangan 1-0 di Everton, atau umpan silang sempurna untuk Trossard yang mencetak gol penyama kedudukan di Stamford Bridge.
Bukayo Saka kini juga membantu pertahanan Arsenal. Dengan hanya kebobolan 10 gol musim ini, membuat Arsenal memiliki catatan pertahanan terbaik di Premier League.
Arsenal Baru: Sengaja Korbankan Jumlah Gol, Demi Perkuat Pertahanan
Declan Rice mampu menjaga sejumlah besar area pertahanan Arsenal, memberikan tekanan pada pemain lawan yang menuju garis pertahanan mereka, dan kerap melakukan tekel dan juga intersepsi.
Lawan Arsenal hanya mampu mencapai sepertiga akhir lapangan lebih sedikit musim ini dibandingkan tim lain di Premier League.
Rice merupakan salah satu alasan utama mengapa Arsenal begitu baik tanpa bola. Mereka bahkan mengalami penurunan jumlah serangan ke gawang mereka musim ini dibandingkan dengan musim sebelumnya
Dia juga pantas mendapat pujian atas bagaimana baiknya Arsenal dalam mengatasi situasi bola mati.
The Gunners hanya kebobolan satu gol dari situasi bola mati dan ini menggambarkan sebuah Arsenal yang agak berbeda dari sebelumnya.
Mikel Arteta kini memberikan prioritas pada perbaikan pertahanan. Ini wajar mengingat timnya mencetak 88 gol dalam 38 pertandingan musim lalu, tetapi kebobolan 43 gol!
Ini selalu menjadi hal yang penting baginya. Itulah sebabnya dia merekrut pemain depan yang suka pressing dan mencetak gol sesekali seperti Gabriel Jesus.
Arteta tampaknya akan cukup puas dengan performa bertahan Arsenal musim ini, meskipun hal itu berarti pengorbanan dalam jumlah gol yang dicetak dan nilai hiburan bagi para penggemar mereka.
Ketangguhan pertahanan timnya berarti bahwa kelemahan dalam serangan sebenarnya tidak begitu signifikan.
Arsenal mungkin saat ini bukan seperti dulu lagi, tetapi mereka kembali menduduki puncak klasemen dan lebih siap dibandingkan musim lalu untuk menantang gelar juara secara konsisten!