Kebangkitan Aston Villa tak lepas dari taktik misterius Unai Emery yang bahkan tak mampu dibaca oleh pelatih Manchester City, Pep Guardiola. Taktiknya terbukti sulit untuk ditebak!
Kemenangan ini mengantarkan Villa ke posisi tiga besar klasemen Premier League dengan 32 poin, dua poin di belakang Liverpool dan empat poin di belakang Arsenal, padahal musim lalu kalau kamu masih ingat, mereka sempat nyaris menyentuh dasar klasemen.
Sementara itu, skuad Pep Guardiola kini berada di posisi keempat dengan raihan 30 poin setelah 15 pertandingan, enam poin di belakang pemimpin klasemen Arsenal, dan tanpa kemenangan dalam empat pertandingan terakhir Premier League mereka.
Bagaimana cara Unai Emery meracik taktik bagi Aston Villa? Dan bagaimana peluang Manchester City untuk mempertahankan gelar juara mereka jika melihat Arsenal, Liverpool dan juga Manchester United yang semakin membaik? Simak penjelasannya sebagai berikut.
Taktik Misterius Unai Emery Tak Terbaca Guardiola
Jika kamu masih ingat musim lalu, tepatnya pada akhir bulan Oktober Oktober 2022, Aston Villa saat itu berada sedikit di atas zona merah klasemen dengan hanya 12 poin dari 12 pertandingan, itu saat mereka di bawah kepemimpinan Steven Gerrard.
BACA JUGA:Lihat Video Viral Ini! Bek Real Madrid Antonio Rudiger Main Judo, Harusnya Kartu Merah!Peter Schmeichel Kisahkan Beratnya Pendidikan Militer Era Alex Ferguson di Manchester UnitedTimnas Indonesia Tanpa Maarten Paes Hadapi BahrainDan semenjak Unai Emery datang, mereka segera memenangkan pertandingan pertamanya dengan skor 3-1 di kandang melawan Manchester United, dan dari situlah dimulai kebangkitan mereka yang setelah satu tahun pun tetap berjalan konsisten dan tidak menunjukkan tanda-tanda melambat.
Di tahun 2023 ini, hanya Manchester City yang punya lebih banyak kemenangan daripada Villa, dan mereka kini telah berada di peringkat ketiga dalam klasemen Liga Inggris. Hebat yak!
Tidak mengherankan jika para pendukung mereka mulai membicarakan Aston Villa berlaga di ajang Liga Champions.
Setelah kemenangan 1-0 atas Manchester City, bahkan para penggemar sepak bola yang bukan pendukung Villa pun pasti akan mulai bertanya-tanya.
Unai Emery hingga kini memang belum banyak mendapatkan cukup pujian, mungkin karena para pengamat kesulitan untuk menetapkan gaya bermainnya, tapi ini justru karena fleksibilitas dalam strateginya.
Fans Villa mungkin merasa bingung dengan taktik Unai Emery, tetapi ini jelas merupakan strategi yang sengaja untuk membingungkan lawan.
Emery menerapkan struktur yang sangat fleksibel dalam strateginya untuk memberikan ruang bagi perubahan strategi saat menghadapi siapapun lawan mereka.
Emery adalah seorang analis yang teliti terhadap tim lawan, terkenal karena menghabiskan puluhan jam untuk menganalisa setiap kelemahan kecil timnya dan lawannya.
Keuntungan dari pendekatan ini ada dua – jika para pemain Villa mengikuti instruksinya, mereka tidak hanya akan mengalahkan tim lawan secara taktis, tetapi juga, setelah mengubah strategi mereka saat menghadapi lawan berikutnya, akan sulit dipahami oleh lawan mereka, bahkan oleh Pep Guardiola sekalipun.
Keberadaan Villa yang sulit diprediksi, gaya bermain mereka tersembunyi dan tak terlihat. Ini adalah kunci kesuksesan Emery, sebuah persiapan dari seorang pelatih kelas dunia yang membangun sebuah tim yang mematuhi setiap kata-katanya.
Transisi buatan atau yang kini umum disebut sebagai “Artificial transitions”, semakin umum dalam sepakbola elit eropa, dan meskipun sudah ada sejak lama ada dan Antonio Conte adalah salah satu pengusungnya, ide ini juga dipopulerkan oleh Roberto De Zerbi dengan strategi “Press-Baiting”. Alias memancing lawan untuk melakukan serangan!
Seperti di Brighton, bek tengah Emery sering kali berdiri diam, menunggu untuk ditekan agar mereka dapat dengan cepat melepaskan umpan langsung ke garis pertahanan lawan.
Ini semua tentang cara memprediksi momen yang tepat untuk beralih dari bertahan menjadi serangan, bergerak cepat setelah memiliki penguasaan bola dan menyerang ke wilayah lawan secara vertikal.
Di Villa, ini hampir selalu dicapai dengan menggunakan dua gelandang serang di setengah lapangan untuk membuat formasi kotak di tengah lapangan.
Sebenarnya, tidak peduli formasi apa yang dipilih Emery, saat Villa memiliki bola, mereka hampir selalu akan menggunakan formasi tersebut, struktur yang memberikan umpan vertikal untuk membuka pertahanan dan menciptakan transisi palsu – itulah mengapa Villa memimpin dengan 30 serangan langsung di Liga Premier musim ini.
Apa Yang Salah Dengan Manchester City?
Manchester City kembali menghadapi dilema dengan absennya Rodri dan kini ditambah dengan absennya Jack Grealish saat melawan Aston Villa yang keduanya harus menjalani hukuman akumulasi kartu.
Dan semakin berat mengingat Villa tampil kuat akhir-akhir ini dengan memenangkan 13 pertandingan terakhir di Premier League.
Kini berarti sudah empat pertandingan tanpa Rodri, dan empat kekalahan. Apa yang dapat dipelajari oleh City dari pengalaman ini?
Meskipun City memiliki kualitas untuk menghentikan rekor kemenangan Villa, absennya Rodri dan Grealish terbukti sangat berpengaruh.
Phil Foden dan pemain baru seperti Julian Alvarez dan Jeremy Doku tampil gemilang, namun terbukti kehadiran Rodri sangat diperlukan karena ia merupakan pemain yang dapat menenangkan pertandingan.
Guardiola sebenarnya memiliki banyak opsi untuk menghadapi Villa, tapi opsi yang paling mungkin adalah mencoba untuk mengendalikan permainan tapi mengorbankan peluang mencetak gol.
Tapi terbukti di markas Villa, penguasaan bola menjadi sia-sia tanpa peluang yang tercipta.
Secara berturut-turut dalam epat laga terakhir, Man City ditahan imbang Chelsea (4-4), Liverpool (1-1), dan Tottenham Hotspur (3-3) dan kini kalah 1-0 dari Aston Villa.
Untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir, The Citizens gagal memetik kemenangan di empat laga Liga Primer Inggris secara beruntun.
Ironisnya, meski tuan rumah kalah secara penguasaan bola (46%:54%), tetapi anak asuh Unai Emery lebih efektif saat melakukan serangan.
Villa unggul jauh dari jumlah tembakan ke gawang (22) dengan percobaan mengenai tepat sasaran sebanyak 7 tendangan.
Berbanding terbalik dengan City yang cuma mampu melepas 2 tembakan selama 90 menit dari dominasi 54% penguasaan bola.
Apakah dari statistik di atas cukup menandakan bahwa taktik Pep sudah kurang moncer bagi Manchester City?
Perebutan Gelar Juara Liga Inggris Semakin Terbuka!
Kekalahan di kandang Aston Villa memperpanjang puasa kemenangan City di Premier League.
Pasukan Pep Guardiola itu sudah tidak menang dalam empat laga terakhir dengan tiga kali hasil imbang dan kini ditambah satu kekalahan.
City pun turun ke posisi empat klasemen Liga Inggris dengan 30 poin dari 15 pertandingan. Erling Haaland dkk. digeser oleh Aston Villa yang naik ke peringkat ketiga dengan 32 poin.
City semakin tertinggal dari Arsenal yang sehari sebelumnya menang dramatis dengan skor 4-3 atas Luton Town. The Gunners di puncak klasemen Liga Inggris dengan 36 poin.
Liverpool menyusul di peringkat kedua klasemen Liga Inggris dengan 34 poin. Sementara Manchester United perlahan mendekat ke empat besar dengan selisih hanya tiga poin dari Man City setelah mengalahkan Chelsea 2-1.
Kini Arsenal yang paling diunggulkan untuk bisa meraih gelar juara, namun patut diingat, Liverpool juga pasti bernafsu dan kini mungkin menjadi lawan terberat bagi Arsenal.
Aston Villa sendiri pasti akan sangat senang jika mereka mampu lolos ke Liga Champions musim depan.
Sementara bagi Manchester City, masih ada waktu bagi Pep Guardiola untuk memperbaiki semuanya, terutama masalah mereka dengan ketergantungan pada Rodri.