Barcelona, dalam beberapa tahun terakhir, telah menghadapi tantangan besar dalam mengelola keuangan mereka, yang berdampak signifikan pada strategi transfer klub.
Di bawah kepemimpinan Joan Laporta, yang menggantikan Josep Maria Bartomeu, upaya untuk mengembalikan stabilitas keuangan memang telah dilakukan, namun prosesnya sangat lambat dan penuh hambatan.
Meski beberapa klub lain mungkin berhasil memulihkan diri pada musim panas ini, Barcelona masih jauh dari mampu bersaing secara finansial dengan klub-klub elit Eropa, terutama dengan rival berat mereka, Real Madrid.
Permasalahan utama yang dihadapi Barcelona bukan hanya terletak pada kesulitan keuangan dan pemenuhan aturan FFP, tetapi juga pada kebijakan transfer yang sering kali dipertanyakan.
Meskipun mereka telah mengeluarkan banyak uang dalam beberapa tahun terakhir, hasil dari investasi tersebut tidak selalu sesuai harapan. Salah satu contoh terbaru adalah keputusan untuk mendatangkan Dani Olmo dari RB Leipzig, meskipun Barcelona sudah memiliki sejumlah gelandang serang berkualitas seperti Pedri, Fermin Lopez, Ilkay Gundogan, dan Pablo Torre.
BACA JUGA:Mikel Arteta Tersanjung Dengan Mikel Merino Saat Update Cedera Martin Odegaard Terungkap!Manchester City Blunder Lagi? Usai Cole Palmer, Kini Liam Delap Bersinar Usai Dilepas Guardiola!Laga Man United vs Porto Bisa Jadi Laga Penghakiman Bagi Erik Ten Hag!Olmo memang bisa bermain di sayap kiri, namun dia bukanlah pilihan alami di posisi tersebut, berbeda dengan bintang Athletic Bilbao Nico Williams yang seharusnya menjadi prioritas transfer.
Keputusan untuk merekrut Olmo menunjukkan bagaimana strategi transfer Barcelona kadang-kadang tampak tidak terarah. Alih-alih memanfaatkan dana terbatas dengan bijak, klub tampaknya lebih memilih untuk berfokus pada pemain yang tidak terlalu mendesak untuk didatangkan.
Nico Williams, misalnya, akan menjadi tambahan yang jauh lebih logis bagi Barcelona, mengingat kebutuhan mereka di posisi sayap, namun klub justru lebih memilih Dani Olmo.
Selain itu, penjualan Julian Araujo yang baru-baru ini dinegosiasikan dengan harga Rp 174 Miluar juga menjadi sorotan. Meskipun Barcelona berhasil mendapatkan jumlah yang cukup besar untuk pemain yang tidak terlalu diandalkan oleh Hansi Flick, keputusan untuk menggunakan sebagian besar dana tersebut untuk mendatangkan Joao Cancelo kembali menjadi pertanyaan.
Tawaran Barcelona untuk meminjam Cancelo dengan biaya Rp 122 Milyar dan opsi pembelian sebesar Rp 350 Milyar menunjukkan bahwa klub masih belum belajar dari kesalahan masa lalu.
Cancelo, yang tampil kurang meyakinkan pada musim 2023/2024, seharusnya tidak menjadi prioritas bagi Barcelona, terutama mengingat bahwa mereka sudah memiliki sejumlah pemain yang dapat mengisi posisi bek kanan dan bek kiri.
Alejandro Balde, Gerard Martin, Alex Valle, Jules Kounde, dan Hector Fort adalah beberapa pemain yang bisa diandalkan di lini pertahanan, sehingga kebutuhan untuk mendatangkan Cancelo kembali patut dipertanyakan.
Langkah untuk menginvestasikan Rp 122 Milyar hanya untuk kesepakatan pinjaman Cancelo, di tengah keterbatasan dana yang dimiliki Barcelona, adalah keputusan yang sulit dimengerti.
Untungnya, Manchester City menolak tawaran tersebut, yang mungkin menjadi pertanda bahwa Barcelona perlu mengevaluasi kembali kebijakan transfer mereka di tengah dana yang terbatas.
Dana yang ada seharusnya digunakan untuk memperkuat area yang benar-benar membutuhkan perhatian, atau disimpan untuk masa depan, daripada dihabiskan untuk pemain yang tidak terlalu dibutuhkan.
Sikap Barcelona terhadap transfer Joao Cancelo mencerminkan strategi transfer klub yang sering kali terlihat aneh dan tidak terarah. Dalam situasi keuangan yang sulit seperti ini, klub harus lebih cerdik dalam mengelola dana mereka, memastikan bahwa setiap keputusan transfer didasarkan pada kebutuhan tim dan bukan sekadar ambisi untuk mendatangkan nama besar tanpa pertimbangan matang.