Brighton & Hove Albion telah menjadi pelopor dalam pemanfaatan Kecerdasan Buatan (AI) dalam dunia sepak bola. Mereka telah mengubah pendekatan tradisional dalam menilai calon pemain baru.
Perbandingan Strategi Transfer Antara Brighton & Chelsea
Apa yang membedakan Brighton & Hove Albion dengan Chelsea dalam setahun terakhir? Satu tim mengutamakan uang sebagai faktor utama dalam pengambilan keputusan selama bursa transfer, sementara Brighton mengandalkan Kecerdasan Buatan untuk mencari pemain-pemain potensial.
Pendekatan Brighton yang Inovatif dalam Transfer Pemain
Pengeluaran dan Pendapatan
Tidak sulit untuk menebak bahwa Chelsea adalah klub yang berani menghabiskan uang dalam jumlah besar. Sejak Todd Boehly mengambil alih mayoritas saham klub pada Juni 2022, klub tersebut telah mengeluarkan lebih dari 1 miliar pounds atau setara dengan Rp 19,2 triliun untuk mendatangkan 31 pemain baru untuk “The Blues.”
Di sisi lain, Brighton hanya menghabiskan total 497,06 juta euro (sekitar Rp 8,15 triliun) dalam tujuh musim partisipasinya di Premier League, kompetisi tertinggi di Inggris. Namun, “The Seagulls” juga berhasil meningkatkan pendapatannya melalui penjualan pemain di setiap musim.
Mereka telah meraup 447,92 juta euro (sekitar Rp 7,34 triliun) dari penjualan pemain ke klub lain. Pendapatan terbesar mereka datang pada musim panas 2023 dengan nilai mencapai 190,2 juta euro (sekitar Rp 3,12 triliun).
BACA JUGA:Zhejiang FC vs Persib Bandung: Duel Dua Tim Dengan Target Menang!Lihat Video Viral Ini! Bek Real Madrid Antonio Rudiger Main Judo, Harusnya Kartu Merah!Peter Schmeichel Kisahkan Beratnya Pendidikan Militer Era Alex Ferguson di Manchester UnitedPrestasi di Lapangan
Meskipun perbedaan besar dalam pengeluaran, Brighton memiliki catatan kinerja yang lebih baik daripada Chelsea. Hal ini terlihat pada musim 2022-2023 ketika Brighton pertama kali berhasil masuk ke zona Liga Europa dengan menduduki peringkat keenam, sementara Chelsea hanya berada di posisi ke-12.
Di awal musim ini, Brighton juga menjadi salah satu dari enam tim yang meraih tiga kemenangan dalam empat pertandingan awal. Sementara “The Blues” hanya mengumpulkan empat poin dari satu kemenangan dan satu hasil imbang.
Aplikasi AI sebagai Kunci Keberhasilan Brighton
Starlizard: Membuat Keputusan Berdasarkan Data
Aplikasi ini dikenal sebagai Starlizard, yang dikembangkan oleh pemilik Brighton, Tony Bloom, sejak tahun 2006.
Menggunakan AI untuk Mencari Bakat Tersembunyi
Starlizard telah menggunakan analisis statistik canggih, seperti “expected goals (xG)” yang baru-baru ini menjadi populer dalam beberapa tahun terakhir, sejak awal 2010-an. Analisis ini digunakan untuk mengangkat Brighton dari Liga Satu, tingkat ketiga sepak bola Inggris, menjadi tim pesaing di Premier League.
Kategori Data Pemain dalam Evaluasi
Dalam proses pembelian pemain, data yang dikumpulkan oleh Starlizard dibagi menjadi tiga kategori.
- Pemain yang akan berguna saat ini.
- Pemain yang memiliki potensi untuk saat ini dan masa depan.
- Pemain yang menjadi investasi untuk masa depan.
Pemain seperti Mac Allister dan Mitoma masuk dalam kategori ketiga ketika mereka bergabung dengan Brighton. Mac Allister, yang datang dari Argentinos Juniors, sempat dipinjamkan selama satu musim ke Boca Juniors. Sedangkan Mitoma, yang didatangkan dari Kawasaki Frontale, terlebih dahulu dititipkan ke klub lain milik Tony Bloom, Royale Union Saint Gilloise, di Belgia.
Pemandu Bakat Profesional untuk Setiap Posisi
Meskipun data adalah faktor utama dalam penilaian pemain, Brighton tetap mempekerjakan pemandu bakat profesional. Namun, Brighton memiliki pendekatan unik dalam penggunaan pemandu bakat ini. Mereka tidak menyebarkan pemandu bakat ke seluruh dunia untuk mencari informasi dan mengamati pemain secara langsung.
Sebaliknya, Brighton mengambil langkah inovatif dengan mengontrak pemandu bakat yang spesialis dalam posisi tertentu.
Perbandingan Data Pengeluaran dan Pendapatan
Klub | Total Pengeluaran | Total Pendapatan |
---|---|---|
Chelsea | 1 miliar pounds | N/A |
Brighton | 497,06 juta euro | 447,92 juta euro |
Dalam kombinasi antara AI dan pengetahuan manusia, Brighton memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan baru dalam sepak bola Inggris. Mereka telah membuktikan bahwa pendekatan yang berfokus pada data dan analisis dapat membawa hasil yang gemilang di lapangan hijau. Dengan perpaduan ini, mereka mungkin akan terus mencetak prestasi yang mengesankan dalam dunia sepak bola.