Joshua Zirkzee di laga kontra Southampton

Joshua Zirkzee, penyerang Manchester United yang didatangkan dari Bologna dengan nilai transfer Rp 717 Milyar, berbicara secara terbuka mengenai kesulitan yang dia hadapi di awal kariernya bersama The Red Devils.

Pemain asal Belanda ini mengakui bahwa kekalahan 0-3 melawan Liverpool baru-baru ini, di mana dia gagal memanfaatkan dua peluang emas, adalah pengalaman yang “memalukan” bagi dirinya.

Meski begitu, Zirkzee tetap optimistis tentang masa depannya di Manchester United, serta menyebut mantan United Zlatan Ibrahimovic sebagai pemain yang dia idolakan dan ingin ditirunya.

Sejak mencetak gol kemenangan dalam debutnya melawan Fulham, Zirkzee merasakan bahwa tekanan di klub sebesar Manchester United sangatlah besar. Menurutnya, sorotan akan selalu mengarah kepada pemain ketika bermain di klub seperti United.

Meskipun demikian, dia yakin kariernya akan berjalan sesuai harapan karena memiliki keyakinan kuat bahwa dengan kerja keras dan penyesuaian yang tepat, dirinya bisa mencapai level tertinggi.

BACA JUGA:Mikel Arteta Tersanjung Dengan Mikel Merino Saat Update Cedera Martin Odegaard Terungkap!Manchester City Blunder Lagi? Usai Cole Palmer, Kini Liam Delap Bersinar Usai Dilepas Guardiola!Laga Man United vs Porto Bisa Jadi Laga Penghakiman Bagi Erik Ten Hag!

Zirkzee juga menambahkan bahwa meski kekalahan dari Liverpool terasa sangat mengecewakan, ia melihat potensi besar dalam tim. Ia merasa tim sedang berada di jalur yang tepat, meski masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.

Kesempatan mencetak gol yang dia lewatkan dalam pertandingan itu, meskipun dia berada di posisi yang tepat, tetap menjadi bahan evaluasi bagi dirinya. “Apa gunanya jika saya berada di posisi yang tepat, tetapi bola tidak masuk ke gawang?” katanya.

Penyerang berusia 23 tahun ini juga mengungkapkan bahwa dia telah berbicara dengan manajer Erik ten Hag untuk mendiskusikan penampilannya. Menurutnya, transisi dari Serie A ke Premier League bukanlah hal yang mudah.

Dia merasa bahwa permainan di Inggris lebih dinamis, dengan ritme yang lebih cepat dan tidak selalu tentang penguasaan bola seperti yang sering dia alami di Bologna. Zirkzee mengakui bahwa adaptasi di liga baru ini membutuhkan penyesuaian yang signifikan, baik dari segi mental maupun fisik.

Sebelum pindah ke Manchester United, Zirkzee menghabiskan waktunya di akademi ADO Den Haag dan Feyenoord, tetapi dia tidak pernah bermain di tim utama di Belanda.

Kariernya mulai berkembang ketika dia pindah ke Bayern pada usia 17 tahun, di mana dia memenangkan gelar Liga Champions dan Bundesliga. Namun, setelah kesuksesan tersebut, dia mengalami masa sulit dan sempat dipinjamkan ke Anderlecht sebelum akhirnya pindah ke Bologna.

Zirkzee menjelaskan bahwa di Bayern dia belajar banyak tentang komitmen total yang dibutuhkan untuk sukses di sepak bola. Istirahat, nutrisi, dan kerja keras di lapangan adalah hal-hal yang ia pelajari dari para pemain top di klub tersebut.

Ketika tawaran dari Manchester United datang, Zirkzee merasa bahwa ini adalah kesempatan besar yang tidak bisa dia lewatkan, bahkan dia menyebut United sebagai klub yang lebih besar daripada Bayern.

Meski transfernya ke United terjadi dengan sangat cepat, Zirkzee berharap bisa menemukan performa terbaiknya dan menjadi penyerang nomor satu baik di klub maupun di tim nasional Belanda.

Dia percaya bahwa dengan latihan keras dan dedikasi penuh, dirinya mampu menghadapi tantangan di Premier League dan membuktikan bahwa dia pantas menjadi andalan Manchester United di lini depan.

Tautan sumber