Gila Bola – Napoli mengawali musim baru sepakbola Liga Italia 2023/2024 dengan banyak kritikan di bawah asuhan pelatih baru Rudi Garcia. Partenopei hanya menang 3 kali dari 6 laga awal menjadikan sang pengganti Luciano Spaletti ini dalam sorotan.
Rudi Garcia mengantarkan Napoli melewati Braga dalam pertandingan pembuka yang sulit di ajang Liga Champions di Portugal, namun karena hasil yang kurang memuaskan dalam enam pertandingan awal musim Liga Italia 2023/2024, kemenangan itu tidak cukup untuk meredam sekelompok kritikus yang semakin nyaring mempertanyakan taktik dan strategi pelatih asal Prancis ini.
Dikritik karena pemilihan pemain selama bursa transfer, rencana permainan yang kurang kreatif, dan pergantian pemain yang dianggap salah adalah sejumlah kritik yang diterima oleh Rudi Garcia dari Tifosi Partenopei.
Apakah kritik yang begitu berlebihan itu pantas atau tidak, tidak mengubah fakta bahwa sebenarnya Napoli hanya kalah satu kali sejak awal musim yang penuh perubahan ini. Mari kita coba lihat apa sumber kritikan ini.
Perbedaan Napoli Era Rudi Garcia
Di awal musim baru ini, memang performa Napoli tidak menunjukkan keperkasaan sebagai sang juara bertahan Seri A setelah musim lalu meraih scudeto dengan sangat meyakinkan. Apa yang berbeda dengan skuad Napoli jika dibandingkan dengana musim lalu? Mari kita lihat semuanya:
BACA JUGA:Zhejiang FC vs Persib Bandung: Duel Dua Tim Dengan Target Menang!Lihat Video Viral Ini! Bek Real Madrid Antonio Rudiger Main Judo, Harusnya Kartu Merah!Peter Schmeichel Kisahkan Beratnya Pendidikan Militer Era Alex Ferguson di Manchester UnitedKetergantungan Pada Victor Osimhen
Meskipun tidak selalu meyakinkan, Napoli adalah satu-satunya tim Italia yang meraih kemenangan dalam putaran pertama pertandingan fase grup Liga Champions 2023/2024.
Siapapun yang menggantikan pelatih musim lalu, Luciano Spalletti, pasti akan dibebani dengan perbandingan yang tidak adil terlepas dari hasilnya. Mungkin perbedaan yang paling mencolok di bawah Garcia adalah ketergantungan berlebihan pada Victor Osimhen, dengan harapan bahwa penyerang superstar ini bisa melakukan keajaiban dengan setiap umpan panjang yang dilemparkan ke arahnya.
Spalletti selalu berbicara tentang pentingnya memanfaatkan ruang terbuka ketika Napoli dengan gaya santainya meraih gelar liga ketiga secara historis dan mencapai babak perempat final Liga Champions musim lalu.
Kini di bawah asuhan Rudi Garcia, sejumlah celah yang mengkhawatirkan muncul antara lini pertahanan dan lini tengah, terutama saat momen yang mengkhawatirkan di babak kedua dalam kekalahan kandang melawan Lazio.
Genoa dan Braga juga menemukan terlalu banyak ruang kosong ketika Stanislav Lobotka dan Andre-Frank Zambo Anguissa yang biasanya handal, justru membuat kesalahan yang tidak biasa di tengah lapangan. Namun, keduanya tidak seharusnya memikul semua kesalahan tersebut.
Dampak Kepergian Kim Min-jae
Kehilangan besar yang ditinggalkan oleh pergi nya bek tengah Kim Min-jae asal Korea Selatan tetap ada. Natan yang baru bergabung pada musim panas akhirnya membuat debutnya ketika Napoli kembali ke formasi lima pemain belakang untuk mempertahankan keunggulan mereka di Portugal tanpa adanya Amir Rrahmani.
Pemain asal Kosovo itu terpaksa digantikan karena cedera paha ketika Juan Jesus dan Leo Ostigard – yang pernah bermain bersama di Genoa – membentuk pasangan tengah belakang untuk sementara.
Dan sudah saatnya Natan mendapatkan kesempatannya saat Napoli menghadapi Bologna dan Udinese. Kita tidak akan pernah tahu apakah pemain Brasil berusia 22 tahun ini dapat mencapai tingkat yang dibutuhkan kecuali dia benar-benar mendapat kepercayaan penuh di pertandingan, meskipun ada keraguan dari Garcia tentang adaptasinya terhadap budaya dan bahasa di Italia.
Kurang Tajamnya Lini Depan
Sementara winger kanan Matteo Politano sudah mencetak dua gol, termasuk gol penyama skor yang spektakuler di Genoa. Di sisi yang berlawanan, Khvicha Kvaratskhelia tidak menunjukkan tanda-tanda keajaiban yang dapat memukau pendukung Napoli seperti saat imereka meraih Scudetto pada musim sebelumnya.
Para pengkritik terus mengataan bahwa pemain Georgia ini belum mencetak gol sejak Maret 2023, tidak masuk akal untuk menilai pemain yang dijuluki ‘Kvaradona’ setelah baru melakoni lima pertandingan – dan tidak satupun yang berlangsung 90 menit.
Garcia harus bisa mendapatkan yang terbaik dari Kvaratskhelia tanpa memberinya tanggung jawab berlebih untuk menggendong Napoli sendirian saat ia dihadapi oleh serangan bertubi-tubi dari bek lawan.
Victor Osimhen juga membutuhkan suplai bola yang lebih baik untuk membantu klub Neapolitan mendekati puncak klasemen. Duo penyerang bertenaga tinggi ini tidak bisa melakukannya sendirian.
Tak Berbeda Jauh Dengan Musim Lalu
Strategi yang lebih kompak saat tidak menguasai bola akan membatasi ruang yang dimanfaatkan oleh lawan-lawan mereka dalam beberapa pertandingan awal. Meskipun awal yang tampak goyah, Partenopei sebenarnya hanya meraih satu poin lebih sedikit di klasemen dibandingkan dengan tahap yang sama musim lalu. Pelatih asal Prancis ini memang mungkin akan sulit untuk meyakinkan para heaternya karna selalu dibandingkan dengan Luciano Spaletti musim lalu.
Meskipun mungkin Napoli tak mungkin langsung bisa tancap gas menang terus setelah meraih scudeto yang tampak mudah musim lalu, mereka saat ini sebenarnya masih memiliki cukup potensi untuk bersaing di puncak Serie A dan bersaing dengan yang terbaik di Eropa.
Buktinya di laga terakhir, Napoli tampaknya sudah mulai panas dan berhasil melesakkan total 4 gol ke gawang Udinese, dan keempat gol pun dicetak oleh empat pemain yang berbeda, Piotr Zielinski melalui adu penalti, Victor Osimhen di akhir babak pertama, dan dua gol di babak kedua oleh Kvicha Kvaratskhelia dan Giovanni Simeone. Ini menunjukkan meratanya peluang yang diperoleh dan tidak bergantung hanya satu pemain untuk mencetak gol.
Terlepas dari segala kekurangannya, masih terlalu dini untuk menyatakan bahwa Rudi Garcia telah gagal di Napoli.