Gilabola.com – Lagak tengil Alejandro Garanacho jangan ditiru yah. Masih menit 68 ia sudah menyuruh fans Copenhagen untuk diam usai datang gol ketiga dari Bruno Fernandes yang mengubah papan skor menjadi 2-3. Gak tahu dia bahwa bakal ada dua gol balasan tuan rumah menit 83 dan 87.
Selang 21 menit jelang akhir pertandingan, Manchester United sebenarnya sudah sempat unggul 2-3 atas tuan rumah FC Copenhagen pada matchday keempat di Parken Stadium yang berakhir pada Kamis subuh (9/11) ini.
Garnacho merasa bahwa ini akan menjadi gol kemenangan yang memastikan tiga poin bagi Setan Merah dan karenanya membuka harapan besar untuk lolos ke tahap 16 besar Liga Champions.
Sang pemain 19 tahun itu berlari merayakan gol Bruno itu sembari menempelkan jari di bibirnya, menyuruh pendukung tim Denmark itu untuk diam.
Belakangan, nanti kita lihat fotonya, sang pemain muda Argentina itu terduduk lesu di atas lapangan dan menangis usai skor akhir 4-3 bertahan sampai peluit panjang wasit berbunyi.
BACA JUGA:Lihat Video Viral Ini! Bek Real Madrid Antonio Rudiger Main Judo, Harusnya Kartu Merah!Peter Schmeichel Kisahkan Beratnya Pendidikan Militer Era Alex Ferguson di Manchester UnitedTimnas Indonesia Tanpa Maarten Paes Hadapi BahrainKekalahan Ketiga Man United dari Empat Pertandingan
Itu merupakan kekalahan ketiga Red Devils dari empat laga, menyebabkan mereka hanya memiliki tiga poin dan harapan lolos yang sangat tipis.
Di atas kertas, Harry Maguire dan rekan-rekannya masih bisa lolos asalkan menang di Konstantinopel pada matchday kelima dan kemudian menang lagi atas Bayern Munchen pada pekan keenam.
Tahu Gak Apa Kesalahan Man United di Copenhagen?
Ya, apakah Anda tahu kesalahan Manchester United pada laga tandangnya di Parken Stadium ini? Mungkin ini lebih merupakan kesalahan Erik ten Hag yang tidak pernah memberi latihan cara bertahan yang benar di depan gawang sendiri.
Sesudah unggul 2-3 pada menit 68 usai gol Bruno Fernandes itu para pemain Setan Merah kemudian mundur ke belakang dan memasang delapan atau sembilan pemain outfield di depan gawang Andre Onana. Sudah benar.
Tidak ada yang salah dengan itu. Kepastian lolos ke tahap 16 besar Liga Champions jauh lebih penting daripada ego besar, gengsi yang dipertaruhkan. Seakan-akan tim raksasa harus selalu menyerang dan mencetak gol keempat, kelima dan seterusnya.
Masalahnya adalah, para pemain Setan Merah tidak pernah tahu bagaimana cara bertahan yang benar. Lihat adegan di bawah ini saat Lukas Lerager berlari masuk lebih cepat daripada pemain No 20 itu (di dalam lingkaran merah), Diogo Dalot, lalu mencocor bola dari jarak dekat.
Situasi kurang lebih sama terjadi untuk gol keempat Copenhagen selang lima menit kemudian. Para pemain Red Devils berjajar di depan gawang tetapi sepertinya tidak pernah dilatih untuk mengetahui siapa yang harus dikawal dalam situasi seperti itu.