Gila Bola – Juara bertahan Liga Premier, Manchester City berisiko terdegradasi ke kasta terendah Liga Inggris, terkait dengan pelanggaran aturan fair play atau FFP yang menjebak tim asuhan Pep Guardiola dalam beberapa tahun terakhir.
Dan jika melihat hukuman yang akan diterima Everton karena terlibat dalam masalah yang sama, maka jika Manchester City terbukti bersalah, maka resiko hukumannya akan sangat fatal, terlempar dari sistem kompetisi Liga Inggris hingga kasta terendah pun tak bisa ikut!
Tapi bukannya tuduhan terhadap Manchester City muncul setiap tahun? Jadi apa yang berbeda sekarang? Nahh, sekarang sangat berbeda masalahnya, dan lebih sulit untuk menghindar seperti beberapa tahun silam. Berikut penjelasannya:
Everton Dihukum Pengurangan 12 Poin
Merebaknya kembali masalah kasus FFP Manchester City ini berawal dari pihak Premier League yang pada hari Rabu 25 Oktober 2023 kearin memberikan rekomendasi untuk mengurangi poin Everton sebanyak 12 poin, itu jika mereka kalah dalam pembelaan mereka terhadap tuduhan pelanggaran aturan keuangan Liga Inggris.
BACA JUGA:Lihat Video Viral Ini! Bek Real Madrid Antonio Rudiger Main Judo, Harusnya Kartu Merah!Peter Schmeichel Kisahkan Beratnya Pendidikan Militer Era Alex Ferguson di Manchester UnitedTimnas Indonesia Tanpa Maarten Paes Hadapi BahrainDan jika melihat hukuman yang diterima Everton tersebut, para pengamat sepak bola pun berspekulasi, bagaimana dengan kasus FFP Manchester City? Karena seharusnya The Citizen dihukum lebih berat dari Everton.
Kenapa harus lebih berat? Karena kasus yang masih dalam penyelidikan tersebut menyebutkan ada total 115 pelanggaran aturan keuangan yang dilakukan oleh tim Manchester Biru tersebut semenjak 2009 hingga 2018. Buset gak tuh!
Sementara Everton, mereka dihukum dengan pengurangan 12 poin itu, hanya untuk 1 tuduhan saja!
Kenapa Sih Dibuat Aturan FFP?
Kasus Manchester City sebenarnya sudah beberapa kali dibicarakan dan terakhir kali muncul pada awal Februari 2023 lalu saat pihak Premier League membeberkan sejumlah dakwaan terhadap Manchester City terkait pelanggaran aturan FFP yang dilakukan klub tersebut selama kurun waktu hampir 10 tahun.
Salah satu peraturan UEFA yang mengubah wajah sepak bola dunia adalah aturan Financial Fair Play ini atau disingkat FFP, peraturan yang lahir di era kepemimpinan Michel Platini yang menginginkan sepak bola jadi lebih adil.
Aturan ini dibuat dengan maksud mencegah klub-klub yang berada di bawah naungan UEFA untuk bisa mengeluarkan uang leih besar daripada pendapatan mereka.
Michael Platini menyebutnya dengan istilah financial doping dalam sepak bola. Seperti tim lemah yang diberi minuman energi oleh pemiliknya.
Platini percaya pembelian besar-besaran oleh beberapa klub bakal mengacaukan keindahan sepak bola dan dia merasa besar utang klub sebenarnya tak mampu dilunasi.
Tapi ngapain juga sebenarnya UEFA mikirin hutang klub klub tersebut ya kan? Memangnya apa salahnya membanjiri klub milik sendiri agar bisa juara?
Nah itu sebenarnya bahasa halus saja dari Platini, sebenarnya, aturan ini juga untuk mencegah pencucian uangyang dilakukan oleh para pemilik klub dengan cara menggelontorkan uang langit mereka melalui tim sepak bola mereka.
Naaaaah, udah mulai ada yang klik gak kenapa pada nafsu pengen punya klub bola? Hehe 😛
Sebelum ada aturan FFP, klub-klub raksasa super kaya seperti Real Madrid, PSG, Inter Milan, Juventus, AC MIlan, Inter Milan dan klub klub yang dimiliki para taipan tampak kebal hukum. Oyah, nama-nama klub yang saya sebut di atas itu semuanya pernah kena denda akibat melanggar aturan FFP.
Mereka semua bisa beli pemain mana pun yang mereka mau, dengan harga berapa pun, semahal apa pun dengan tanpa perlu keterangan dapat uangnya dari mana.
Dan saat uang minyak datang ke Manchester City, dugaan trik yang sama kembali dilakukan.
FFP diciptakan untuk mencegah transfer-transfer liar tak jelas itu, agar sepak bola lebih adil dan berimbang terutama bagi tim tim yang benar-benar menjunjung tinggi nilai sportifitas dan tak hanya mengandalkan uang semata, dengan kata lain tim miskin.
Awal Mula Kasus Manchester City
Pada tahun 2018, Manchester City menghadapi kasus serius dengan UEFA yang melibatkan pelanggaran Financial Fair Play (FFP). Sebanyak 115 dakwaan mengancam klub tersebut.
UEFA kembali menyelidiki kasus lama, termasuk yang melibatkan Manchester City, berdasarkan data baru yang muncul. Salah satu isu terbesar adalah dugaan bahwa pemilik klub, Sheikh Mansour, telah memperbesar kesepakatan sponsor dengan perusahaan-perusahaan Abu Dhabi untuk menjaga keuangan klub agar tetap sesuai dengan aturan FFP.
Pep Guardiola, manajer Manchester City, membela klub dengan mati-matian, menyatakan bahwa klub tersebut tidak bersalah dalam kasus ini.
Kasus ini kemudian diselidiki oleh Badan Kontrol Keuangan Klub (Club Financial Control Body – CFCB). Pada awal tahun 2020, UEFA akhirnya menjatuhkan hukuman pada Manchester City yang mencakup larangan bermain di kompetisi Eropa (Liga Champions dan Liga Europa) selama dua musim (musim 2020/2021 dan 2021/2022) serta denda sebesar 30 juta euro.
Manchester City langsung mengajukan banding terhadap keputusan ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (Court of Arbitration for Sport – CAS). Beberapa bulan kemudian, CAS memutuskan bahwa City tidak bersalah dan mencabut sanksi larangan bermain di Liga Champions, dengan mengurangi denda menjadi 10 juta euro! Mejiiik gak tuh!
Kenapa Kasus Saat Ini Lebih Berat?
Sekarang, masalahnya sama tapi yang nuntut berbeda. Pada Februari 2023, Premier League mengeluarkan dakwaan serius terhadap Manchester City yang mencakup pelanggaran Financial Fair Play (FFP).
Ini adalah pengembangan signifikan dalam kasus FFP yang pertama kali mencuat pada 2018. Namun, kasus kali ini jauh lebih serius dan melibatkan periode yang lebih panjang.
Premier League menyatakan bahwa pelanggaran FFP oleh Manchester City sudah berlangsung sejak musim 2009/2010. Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan melalui situs mereka, Premier League merinci berbagai aspek pelanggaran yang dilakukan oleh klub tersebut.
Ini mencakup pelanggaran dalam hal aspek keuangan klub, pengaturan ulang nilai kontrak, manipulasi laporan keuangan, dan pelanggaran lainnya terkait aturan FFP.
Perbedaan utama dengan kasus sebelumnya adalah bahwa Manchester City kini tidak memiliki opsi untuk mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga lagi, seperti yang mereka lakukan pada kasus sebelumnya.
Mereka sekarang harus menghadapi sebuah komite khusus yang baru dibentuk oleh Premier League.
Hukuman Yang Menanti Manchester City
Jika terbukti bersalah, Manchester City berpotensi menghadapi tiga hukuman serius berdasarkan regulasi yang ada.
Pertama, pengurangan poin menjadi opsi yang sangat mungkin diwujudkan, meskipun besaran pengurangan poin belum ditentukan.
Kedua, klub ini juga berisiko dikenai denda yang signifikan sebagai bentuk hukuman atas pelanggaran FFP mereka. Besaran denda pun masih menjadi misteri.
Namun, hukuman yang paling mengerikan adalah hukuman ketiga, potensi pencoretan dari sistem kompetisi Liga Inggris!Manchester City dapat dihapus bukan hanya dari divisi teratas Liga Inggris, melainkan juga dari kompetisi Liga Inggris secara keseluruhan, yang berarti mereka harus memulai kembali dari liga tingkat bawah.
Keputusan mengenai hukuman ini akan menjadi pertimbangan serius oleh Premier League. Sebuah komite independen akan memutuskan nasib Manchester City dalam kasus ini.
Masa depan klub ini saat ini menjadi tanda tanya besar, dan semua pihak menantikan kelanjutan perkembangan dari kasus yang menjadi sorotan ini.
Bagaimana menurtmu? Akankah benar pasukan Josep Guardiola itu bakal mendapat hukuman berat?