Aturan terkait keuangan klub benar-benar membuat klub-klub Premier League layu sebelum berkembang, selain Everton dan Nottingham Forest, Chelsea dan Manchester City pun terancam!
Sebelum Nottingham Forest, klub pertama yang menerima hukuman pengurangan poin adalah Everton, meski sempat mendapatkan keringanan dari 10 poin menjadi 6 poin.
Lalu bagaimana dengan nasib Manchester City yang menerima 115 tuduhan yang masih diselidiki saat ini? Dan bagaimana pula dengan Chelsea yang juga tengah dalam penyelidikan keuangan mereka?
Berikut adalah nasib setiap klub yang melanggar aturan keuangan Premier League dan juga yang sedang menghadapi penyelidikan.
BACA JUGA:Jadwal Liga Konferensi Eropa Malam ini Musim 2024/2025Jadwal Liga Europa Malam Ini Musim 2024/2025Jadwal Bola Malam Ini, Siaran Langsung Sepak Bola di TV Hari IniEverton Masih Bisa Terdegradasi
Hingga saat Everton dihukum dengan pengurangan poin sebesar sepuluh poin lalu kemudian mendapat keringanan dan hanya dikurangi menjadi enam poin, belum ada sebelumnya sebuah klub yang dikurangi poinnya karena melanggar aturan PSR.
Aturan tersebut menyatakan bahwa sebuah klub tidak boleh mengalami kerugian lebih dari £105 juta selama tiga tahun, itu sekitar 2,3 triliun rupiah, dan The Toffees terbukti telah melanggar dengan melebihi angka tersebut hingga sebesar 390 miliar rupiah, jadi total kerugian mereka sebesar 2,69 triliun rupiah selama tiga tahun.
Akibat hukuman pengurangan poin tersebut, peringkat Everton di klasemen Liga Inggris turun dari peringkat 14 menjadi 19, itu terjadi saat pengurangan pertama pada November 2023, tetapi peringkat mereka kemudian kembali naik ke peringkat 15 ketika mereka mendapatkan keringanan dengan hanya menerima enam poin pengurangan pada Februari 2024 setelah melakukan banding.
Namun klub asal Merseyside ini juga masih memiliki beberapa tuduhan pelanggaran aturan PSR yang belum selesai diselidiki.
Mereka akan memiliki hak untuk mengajukan banding lagi terhadap putusan tersebut jika poin mereka kembali dikurangi lagi, dan jika ini terjadi, ini dapat berdampak pada ancaman degradasi yang membuar Everton bisa terlempar dari Premier League dan bermain di liga kasta kedua di Championship pada musim 2024/25.
Nottingham Forest Layu Sebelum Berkembang
Nottingham Forest tiduduh melakukan pelanggaran oleh sebuah komisi independen pada Januari 2024, setelah melaporkan kerugian melebihi aturan sebesar 1,2 triliun rupiah untuk tim di divisi Championship, liga kasta kedua Liga Inggris.
Tapi mereka tetap terkena aturan ini karena tahun lalu mereka telah resmi naik kasta ke Premier League, dan semua terjadi gara-gara penjualan pemain di waktu yang dianggap salah oleh pemegang aturan.
Kerugian Forest melampaui ambang batas aturan di Championship sebesar 691 miliar rupiah, ini angka yang jauh lebih banyak dari Everton. Forest akhirnya hanya diberi pengurangan empat poin, sebagian besar karena mereka memberikan informasi yang jujur selama penyelidikan.
Ini artinya perilaku baik juga memainkan peran, dengan pernyataan menjelaskan bagaimana Forest telah menunjukkan kerja sama yang luar biasa dalam penanganannya dengan otoritas Premier League selama proses berjalan.
Meskipun demikian, Forest marah dengan keputusan tersebut dan memiliki waktu satu pekan dari putusan yang dijatuhkan pada 18 Maret untuk menunjukkan niat mereka untuk mengajukan banding.
Inti dari pembelaan mereka adalah, masalah penjualan Brennan Johnson ke Tottenham Hotspur. Johnson pindah ke Spurs dengan nilai transfer mencapai 951 miliar rupiah pada 1 September 2023, setelah periode analisa keuangan berakhir pada 30 Juni 2023.
Forest mengklaim mereka menolak tawaran sebelumnya untuk penjualan pemain asal Wales itu karena mereka tahu mereka bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dari hasil penjualan lulusan akademi tersebut di bursa transfer, dan penjualan terjadi setelah batas pemeriksaan keuangan pada 30 Juni.
Jika penjualan itu dilakukan sebelum 30 Juni, tidak akan ada pelanggaran mengingat Nottingham Forest tidak akan mencatatkan kerugian, karena uang Hasil penjualan Brennan Johnson yang terjadi di bulan September 2023 dengan nilai sebesar 951 miliar tentu akan menutup kerugian sebesar 691 miliar yang tercatat sebelum 30 Juni 2023.
Bagaimanapun, akibat aturan ini, pengurangan poin menyebabkan Forest turun ke peringkat 18 di Premier League.
Manchester City Tuduhan Banyak Tapi Tak Jelas
Manchester City menerima tuduhan terbanyak di Premier League, tetapi hingga kini penyelidikan masih belum mencapai kesimpulan. Pada Februari 2023, Man City dituduh melanggar 115 aturan keuangan di Premier League.
City kembali menerima tuduhan dari komisi independen karena serangkaian dugaan pelanggaran aturan keuangan antara musim 2009/10 hingga 2017/18.
Klub ini dituduh tidak memberikan informasi keuangan yang akurat, terutama berkaitan dengan pendapatan mereka termasuk pendapatan sponsor, pendapatan pihak terkait, dan biaya operasional.
Mereka juga dituduh tidak sepenuhnya mengungkapkan remunerasi manajerial selama periode empat tahun, yang pada dasarnya adalah berapa banyak mereka membayar pelatih mereka.
Hal ini terkait dengan musim 2009/10 hingga 2012/13 ketika Roberto Mancini memimpin skuad Manchester City.
City juga dituduh melanggar aturan aturab PSR Premier League pada musim 2015/16, 2016/17, dan 2017/18.
Ini bukan pertama kalinya City berada dalam masalah keuangan, UEFA atau badan asosiasi sepak bola Eropa, tampaknya sentimen berat dan selalu bermusuhan dengan klub asuhan Pep Guardiola tersebut.
Premier League menyebut City tidak mematuhi aturan Fair Play Keuangan UEFA pada tahun 2013/14 dan antara tahun 2014/15 hingga 2017/18.
Namun ada banyak materi yang harus dipelajari, dan membuatnya menjadi kasus yang lebih kompleks daripada Everton atau Forest.
Ada banyak kerahasiaan seputar tuduhan City dan kapan keputusan terkait hukuman mereka akan dijatuhkan, dan bahkan tampaknya belum akan ada keputusan konkret dalam waktu dekat.
Keputusan awal atas tuduhan Man City baru akan diketahui pada akhir musim 2024/25, dengan tanggal persidangan awal sekitar bulan September hingga Desember 2024 telah disetujui oleh otoritas Premier League.
CEO Premier League Richard Masters mengatakan bahwa tuduhan terhadap Manchester City sangat berbeda. Jika ada klub, entah mereka adalah juara saat ini atau tidak, yang ditemukan melanggar aturan keuangan di tahun 2023, maka mereka akan berada dalam posisi yang sama persis dengan Everton atau Nottingham Forest.
Namun untuk Jumlah dan jenis pelanggaran yang dituduhkan terhadap Man City, Richard Mastres tidak mau membicarakannya, dan mengaku sedang dalam proses pemeriksaan.
Pihak Manchester City, telah membantah semua tuduhan yang diarahkan kepada mereka.
Chelsea Belanja Besar Tapi Tanpa Prestasi
Man City bukan satu-satunya raksasa Inggris yang sedang dimonitor karena mesalah keuangan klub, Chelsea pun kini juga sedang dalam penyelidikan.
Pada tahun 2023, pemilik baru klub melaporkan sendiri informasi keuangan yang tidak lengkap terkait dengan transaksi yang terjadi di bawah kepemimpinan mantan pemilik sebelumnya yaitu, Roman Abramovich, yang tercatat antara tahun 2012 hingga 2019.
Chelsea kemudian didenda 200 miliar rupiah karena pelanggaran aturan lama, tetapi Premier League dan FA masih terus menyelidiki The Blues, meskipun hingga saat ini klub London utara ini belum dikenai tuduhan sama sekali.
Dua musim sama sekali tak bermain di Liga Champions atau kompetisi UEFA lainnya, akan menyebabkan masalah bagi Chelsea dalam hal pendapatan dan kerugian.
Klub ini telah mematuhi aturan PSR pada tahun 2019 hingga 2023, tetapi pada 2021 hingga 2024, ini terlihat suram bagi Chelsea saat ini. Kenapa?
Seperti kita lihat dalam setahun terakhir ini saja, Todd Boehly telah menggelontorkan dana begitu besar untuk belanja pemain Chelsea, dan masalahnya kini mereka masih saja terpuruk di papan tengah klasemen Liga Inggris dua musim terakhir, itu artinya Tidak akan ada pemasukan besar yang seharusnya bisa mereka peroleh dari ajang Liga Champions ataupun Liga Europa.
Tentu ada pemasukan dari hasil penjualan pemain, tapi apakah bisa menutupi untuk biaya pembelian pemain mereka selama ini? Dan inilah yang sedang dipantau oleh pihak otoritas sepak bola Inggris.