Gilabola.com – Graham Potter membela diri usai dicemooh suporter tuan rumah di sepanjang laga Brighton kontra Chelsea akhir pekan ini.
Graham Potter benar-benar diperlakukan sebagai ‘pengkhianat’ saat ia kembali ke markas lamanya di Amex Stadium. Ia sudah disoraki sejak awal kehadirannya di stadion itu, dan saat memasuki ruang ganti.
Bukan cuma Potter, mantan pemain Brighton yang kini membela Chelsea, Marc Cucurella, juga menjadi sosok lain yang jadi sasaran umpatan para suporter tuan rumah di laga ini.
Jebolan La Masia itu terus-menerus disoraki sejak awal laga, setiap kali ia mendapat bola atau lakukan lemparan ke dalam. Cucurella tetap bermain tenang dan seakan tak mendengar cemoohan fans di tribun penonton di belakangnya, meskipun terlihat ia tak tunjukkan penampilan terbaiknya. Hingga akhirnya, Potter menariknya keluar di menit 64 dan posisinya digantikan Ben Chilwell.
Graham Potter pun berusaha melawan balik perlakuan suporter bekas klubnya usai Chelsea akhirnya menyerah 4-1 dari tuan rumah Brighton. Apesnya, dua gol Brighton diperoleh lewat gol bunuh diri dua penggawa The Blues, Ruben Loftus-Cheek dan Trevoh Chalobah.
BACA JUGA:Zhejiang FC 1-0 Persib Bandung: Igbonefo Blunder, Sering Kehilangan Momentum!Kylian Mbappe Absen di Timnas Perancis Akibat CederaSkuad Timnas Inggris Oktober 2024: Solanke Masuk, Maguire-Bowen-Maddison Dicoret!Laga di kandang Brighton pada Sabtu malam, merupakan momen pertama pelatih 47 tahun itu kembali ke bekas klub asuhannya itu. Graham Potter pun sempat ditanya mengenai reaksi negatif kepadanya dari suporter tuan rumah.
“Saya tak perlu minta maaf, tak perlu meminta maaf. Saya lakukan tugas saya dengan baik, Anda bisa melihat mereka tim yang bagus. Saya ambil alih saat mereka terpuruk di peringkat keempat dari bawah di Liga Premier, barangkali tim terburuk ketiga saat itu,” tandas Potter yang didatangkan Brighton dari Swansea City pada tahun 2019.
“Ada banyak uang yang berhasil dikumpulkan lewat penjualan pemain, hingga ada banyak pemain bagus di lapangan. Saya berharap manajer berikutnya bekerja dengan baik dan sama hebatnya bagi mereka,” tambah Graham Potter.
Diungkapkan Metro, Potter juga menyatakan para pemain Chelsea gagal bangkit setelah penampilan buruk mereka di babak pertama. “Ya tentu saja, skor dan kekalahan itu menyakitkan,” ungkapnya.
“Kami tidak bisa benar-benar bangkit. Saat suporter terlibat dalam pertandingan, itu menjadi hal yang sulit bagi kami. Skornya sangat menyakitkan. Brighton bermain dengan bagus, terutama di babak pertama,” ujar Potter.
“Anda bisa selalu melihat gol dan berpikir anda bisa melakukannya lebih baik. Kami bertanggung jawab atas apa yang terjadi di babak pertama,” tandasnya.
“Kami lakukan banyak kesalahan, tapi itu tak bisa menjadi alasan. Kami tak bisa mencapai level permainann kami. Kami juga tak memanfaatkan peluang kami di lini serang, hingga mereka-lah yang melakukannya,” ujar Potter.
“Kami juga mendapat beberapa peluang untuk menyerang, tapi sayangnya kami melewatkan peluang yang tercipta atau tak mengeksekusi dengan baik, itulah sebabnya skor akhirnya sangat menyakitkan. Saat Anda kalah, Anda selalu bisa lakukan sesuatu dengan lebih baik,” ungkapnya.