Gila Bola – Meski masih berstatus sebagai pemain Manchester United, Dean Henderson berani ngamuk-ngamuk ke klub tuannya, mengatakan bahwa dia sangat marah karena tindakan kriminal pada dirinya lantaran janji-janji palsu tentang tempat No 1.
Kiper internasional Inggris itu bersinar selama dua tahun masa pinjamannya di Sheffield United dan untuk meyakinkannya bersedia memperpanjang kontraknya di Old Trafford, penjaga gawang itu dijanjikan akan menjadi pilihan No 1 klub di bawah mistar.
Setelah mendapatkan peran reguler di paruh kedua musim 2020/2021, Dean Henderson kemudian dijanjikan manajer Ole Gunnar Solskjaer untuk mendapatkan posisi sebagai kiper No 1 klub terutama karena David de Gea juga saat itu tengah menjalani kampanye yang buruk dan ada beberapa rumor soal kepergiannya dari klub.
Tapi pemain timnas Spanyol itu bangkit dari kekecewaan dengan kembali dari liburan lebih cepat dan berhasil membuktikan dirinya layak menjadi kiper No 1 klub, membuat penjaga gawang Inggris harus menerima peran sebagai kiper No 2 sepanjang musim 2021/2022 lalu.
Kini usai mengamankan kepindahannya ke Nottingham Forest dengan status pinjaman plus opsi pembelian permanen, Dean Henderson yang marah mengungkapkan kekecewaannya pada penjahat Manchester United karena menyia-nyiakan satu tahun karirnya dengan janji-janji palsu tentang tempat No 1, seperti berita yang dilansir via SunSport.
BACA JUGA:Prediksi Ferencvaros vs Tottenham, Spurs Berambisi Perpanjang Empat Kemenangan BeruntunZhejiang FC 1-0 Persib Bandung: Igbonefo Blunder, Sering Kehilangan Momentum!Kylian Mbappe Absen di Timnas Perancis Akibat CederaDia mengatakan, “Saya menolak begitu banyak pinjaman bagus musim panas lalu karena alasan itu dan mereka tidak akan membiarkan saya pergi. Menghabiskan 12 bulan benar-benar kriminal, di usia saya. Saya marah. Itu sangat membuat frustrasi.”
Kiper 25 tahun itu juga mengungkapkan alasan mengapa dia tidak tertarik bertemu dengan manajer Erik ten Hag, mengatakan, “Saya tidak benar-benar ingin manajer melihat saya dalam pelatihan karena saya tahu dia mungkin ingin mempertahankan saya. Saya memberi tahu semua dewan klub, ‘Saya harus pergi dan bermain sepak bola. Saya tidak ingin bermain sebagai pilihan kedua’. Dan itu berhasil, jadi saya hampir pergi sebelum manajer masuk.”